Press "Enter" to skip to content

Kebangkitan Rakyat Masih Sangat Jauh Jika Belenggu Ketergantungan pada Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Masih Tinggi


kolom Opini

ilustrasi by pinterest

Dalam berbagai diskursus mengenai perubahan sosial, kebangkitan rakyat sering dikaitkan dengan kesadaran politik, perlawanan terhadap ketidakadilan, atau keberanian dalam menuntut hak-hak sipil. Namun, ada satu aspek fundamental yang jarang disentuh secara mendalam: ketergantungan rakyat pada ketersediaan lapangan pekerjaan yang disediakan oleh sistem ekonomi yang justru memperkuat ketimpangan sosial. Selama mayoritas masyarakat masih bergantung pada pekerjaan yang disediakan oleh negara dan korporasi, wacana kebangkitan rakyat akan selalu menjadi narasi kosong yang sulit terealisasi.

Sistem ekonomi kapitalistik yang dominan saat ini memastikan bahwa mayoritas individu tidak memiliki kendali penuh atas sumber daya ekonomi mereka sendiri. Masyarakat didorong untuk menjadi pekerja daripada pemilik, menjadi tenaga kerja yang siap dieksploitasi daripada aktor ekonomi yang mandiri. Ketika individu menggantungkan hidupnya pada ketersediaan lapangan kerja, mereka berada dalam posisi yang sangat rentan. Ketakutan kehilangan pekerjaan, kecemasan terhadap kebutuhan hidup, dan tekanan sosial membuat banyak orang memilih tunduk pada sistem yang ada daripada mencari alternatif yang lebih membebaskan.

Kondisi ini diperparah dengan sistem pendidikan yang sejak awal dirancang untuk mencetak tenaga kerja yang patuh, bukan individu yang berpikir kritis dan mandiri secara ekonomi. Kurikulum yang diterapkan sejak dini menanamkan mentalitas pekerja—membentuk individu agar siap bekerja untuk orang lain alih-alih membangun sesuatu yang dapat dimiliki dan dikendalikan sendiri. Akibatnya, orientasi hidup sebagian besar masyarakat adalah mencari pekerjaan, bukan menciptakan nilai ekonomi secara mandiri.

Di sisi lain, pemerintah dan korporasi sangat menyadari bahwa ketergantungan rakyat pada pekerjaan yang mereka sediakan adalah alat kontrol sosial yang efektif. Dengan memastikan bahwa akses terhadap kehidupan yang layak bergantung pada lapangan pekerjaan yang terbatas, sistem ini menciptakan kondisi di mana mayoritas orang merasa tidak memiliki pilihan lain selain menerima aturan main yang telah ditetapkan. Bahkan ketika ketidakadilan ekonomi begitu nyata, banyak orang memilih diam karena mereka takut kehilangan sumber penghidupan.

Namun, apakah ketergantungan ini benar-benar tidak bisa dihindari? Jawabannya tidak sesederhana itu. Banyak pihak berusaha mengembangkan konsep ekonomi alternatif—dari ekonomi berbasis koperasi, produksi mandiri, hingga desentralisasi ekonomi berbasis komunitas. Namun, inisiatif-inisiatif ini sering kali kalah oleh dominasi sistem ekonomi yang lebih mapan, baik karena kurangnya dukungan kebijakan maupun karena keterbatasan daya saing terhadap modal besar yang dimiliki korporasi dan negara.

Kebangkitan rakyat yang sejati tidak bisa hanya terjadi dalam ranah politik atau sosial saja, tetapi juga harus melibatkan transformasi dalam cara masyarakat mengakses dan mengelola sumber daya ekonomi. Jika rakyat masih bergantung pada sistem yang mereka lawan, maka perlawanan itu hanya akan menjadi bentuk frustrasi yang berulang tanpa solusi nyata.

Solusi untuk keluar dari ketergantungan ini bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan secara instan. Diperlukan perubahan paradigma besar-besaran, mulai dari pendidikan yang membentuk mentalitas kemandirian ekonomi, kebijakan yang mendorong kedaulatan ekonomi rakyat, hingga inisiatif komunitas yang tidak hanya sekadar alternatif, tetapi juga mampu menyaingi sistem yang ada.

Selama ketergantungan pada ketersediaan lapangan pekerjaan masih tinggi, kebangkitan rakyat hanyalah ilusi. Perubahan nyata hanya akan terjadi ketika rakyat memiliki kontrol atas ekonomi mereka sendiri—bukan sebagai pekerja, tetapi sebagai pencipta dan pengelola nilai ekonomi yang mereka hasilkan.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *