Press "Enter" to skip to content

Nasionalisme Keruh: Fanatisme Banal Jauh Dari Problematika Hidup


Kolom Opini

Sumber Pinterest Kontan

Nasionalisme Keruh: Fanatisme Banal Jauh Dari Problematika Hidup

Nasionalisme sering dipahami sebagai semangat mencintai tanah air, membela kepentingan bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Namun, dalam kenyataannya, nasionalisme kerap diselewengkan menjadi fanatisme buta yang tidak memiliki hubungan nyata dengan problematika hidup rakyat sehari-hari. Nasionalisme yang mestinya menjadi kekuatan politik dan sosial untuk memajukan kehidupan bersama, justru menjadi alat untuk menutupi ketimpangan struktural dan meredam kritik terhadap negara.

Dalam sejarah sosial, nasionalisme muncul sebagai respons terhadap penindasan kolonial dan eksploitasi asing. Namun, setelah merdeka, banyak negara justru menggunakan nasionalisme sebagai propaganda politik yang menutupi kesalahan pemerintah dan mengalihkan perhatian publik dari persoalan nyata seperti ketimpangan ekonomi, korupsi, dan perampasan hak rakyat. Sosiolog Indonesia, Imam B. Prasodjo, pernah mengingatkan bahwa nasionalisme yang hanya berkutat pada simbol dan fanatisme justru berbahaya karena “menutupi problem-problem mendasar yang seharusnya dibahas secara rasional.”

Dalam praktiknya, nasionalisme banal sering diwujudkan dalam bentuk seremonial berlebihan, glorifikasi sejarah tanpa refleksi kritis, hingga kebencian terhadap kelompok yang dianggap ‘tidak nasionalis’. Bendera dikibarkan di mana-mana, lagu kebangsaan dinyanyikan dengan penuh haru, tetapi kehidupan rakyat tetap dihimpit oleh kenaikan harga bahan pokok, rendahnya upah, dan kebijakan yang lebih menguntungkan segelintir elit. Nasionalisme semacam ini hanya menjadi ritual kosong, seperti yang digambarkan oleh sosiolog Ariel Heryanto bahwa “nasionalisme sering kali hadir sebagai pertunjukan yang mengabaikan realitas sosial.”

Fanatisme nasionalis juga sering dimanfaatkan oleh elite politik untuk mempertahankan kekuasaan. Setiap kritik terhadap pemerintah bisa dicap sebagai ‘anti-nasionalis’ atau ‘pengkhianat bangsa’. Padahal, kritik merupakan bagian penting dari demokrasi dan justru mencerminkan kepedulian terhadap bangsa. Dalam sejarah Indonesia, Bung Hatta pernah mengingatkan bahwa nasionalisme sejati harus diiringi oleh kesadaran sosial dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Jika nasionalisme hanya berupa fanatisme tanpa pemikiran kritis, maka ia akan menjauhkan rakyat dari perjuangan nyata.

Bentuk lain dari nasionalisme keruh adalah eksklusivitas identitas nasional yang menolak keberagaman. Nasionalisme yang seharusnya memperkuat solidaritas justru digunakan untuk membenarkan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu. Padahal, masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan latar belakang sosial yang harus dihormati dan dilindungi. Sebagaimana dikatakan oleh sosiolog Kuntowijoyo, “nasionalisme yang sehat adalah yang berangkat dari realitas sosial, bukan dari konstruksi yang mengabaikan kenyataan hidup rakyat.”

Nasionalisme yang berorientasi pada solusi nyata seharusnya fokus pada bagaimana membangun keadilan sosial, meningkatkan taraf hidup rakyat, dan menciptakan kebijakan yang benar-benar berpihak pada masyarakat luas. Nasionalisme bukan sekadar soal bendera dan lagu kebangsaan, tetapi tentang bagaimana sebuah bangsa menjamin kehidupan yang lebih baik bagi seluruh rakyatnya. Tanpa itu, nasionalisme tidak lebih dari mitos yang dijadikan alat kontrol oleh mereka yang berkuasa.

Sudah saatnya nasionalisme diredefinisi bukan sebagai fanatisme kosong, melainkan sebagai kesadaran kolektif untuk memperbaiki keadaan. Nasionalisme harus menjadi gerakan yang memperjuangkan keadilan, bukan sekadar euforia sesaat yang menutupi problematika hidup rakyat. Jika nasionalisme hanya berhenti pada simbol-simbol tanpa aksi nyata, maka ia akan menjadi racun bagi masyarakat yang terus dipaksa untuk memuja negara tanpa mendapatkan keadilan sosial yang seharusnya menjadi hak mereka.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *