Press "Enter" to skip to content

Kesadaran Palsu: Individualis, Alienasi Sosial, dan Perlunya Kesadaran Kelas

Esai

ilustrasi by pinterest

Kesadaran Palsu: Individualis, Alienasi Sosial, dan Perlunya Kesadaran Kelas

Hari ini banyak orang merasa bahwa masalah hidup mereka adalah hal yang paling pelik di dunia. Mereka merasa paling lelah, paling gagal, dan paling tidak dipahami. Di saat yang sama, mereka tidak percaya bahwa orang lain juga merasakan hal serupa. Lebih parahnya lagi, mereka tidak merasa bahwa persoalan hidup yang mereka hadapi sebenarnya lahir dari sistem sosial-politik yang timpang. Mereka mengira semua itu adalah kesalahan atau nasib pribadi.

Inilah bentuk paling nyata dari kesadaran palsu—istilah yang dijelaskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels untuk menggambarkan bagaimana masyarakat tertindas gagal mengenali akar penindasannya sendiri. Mereka tidak sadar bahwa penderitaan mereka bukanlah hal yang berdiri sendiri, tapi bagian dari pola besar yang dirancang dan dipelihara oleh sistem kapitalisme.


Dari Individualisme ke Alienasi Sosial

Kapitalisme modern tidak hanya menciptakan kesenjangan ekonomi. Ia juga menciptakan cara berpikir yang memecah individu dari komunitasnya. Orang diajarkan untuk percaya bahwa yang paling penting adalah dirinya sendiri. Sukses dan gagal dianggap tanggung jawab personal. Maka ketika seseorang gagal, ia menyalahkan dirinya sendiri, bukan sistem yang mengeksploitasi. Ketika seseorang berhasil, ia merasa itu karena kerja keras pribadinya, bukan karena ada struktur sosial yang mendukung atau mengorbankan orang lain.

Inilah bentuk individualisme yang hari ini dianggap normal. Tapi yang terjadi sebenarnya adalah proses alienasi sosial. Individu terpisah dari kenyataan sosial. Ia tidak lagi merasa menjadi bagian dari kelompok. Ia menutup diri dari pengalaman dan penderitaan orang lain. Ia menganggap bahwa hanya dirinya yang berhak bertindak demi kepentingan pribadi, bahkan jika itu merugikan yang lain.

Alienasi ini membuat manusia kehilangan ikatan dengan sesamanya. Ia kehilangan rasa memiliki terhadap dunia di sekitarnya. Ia tak lagi percaya pada solidaritas, tak lagi melihat nilai dalam gotong royong atau perlawanan bersama. Ia hanya ingin selamat sendiri.

Padahal, seperti yang ditulis Marx dalam Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, alienasi membuat manusia terasing dari hasil kerjanya, dari proses kerjanya, dari manusia lain, dan bahkan dari dirinya sendiri sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain, manusia menjadi mesin hidup yang tak lagi paham untuk apa ia bekerja dan untuk siapa ia hidup.


Kapitalisme Membentuk Cara Berpikir

Kapitalisme tidak hanya mengatur ekonomi. Ia juga membentuk cara berpikir. Ia membuat orang percaya bahwa menjadi mandiri berarti tidak membutuhkan orang lain. Ia menciptakan standar sukses berdasarkan kekayaan, bukan kemanusiaan. Ia membuat manusia bersaing terus-menerus, bahkan terhadap orang-orang terdekatnya.

Noam Chomsky mengatakan, “Propaganda adalah bagi demokrasi apa yang pentungan adalah bagi negara totaliter.” Sistem ini membentuk opini, membentuk kebiasaan, dan bahkan membentuk mimpi. Kita diajarkan untuk mengejar impian yang tidak pernah bisa kita capai, sambil terus bekerja untuk memperkaya segelintir orang yang menguasai sistem.

Individu yang terjebak dalam kesadaran palsu akan sulit melihat ini. Ia mungkin merasa bebas memilih, padahal pilihan-pilihan itu sudah dibatasi sejak awal oleh struktur ekonomi-politik. Ia merasa punya kendali atas hidupnya, padahal seluruh kehidupannya ditentukan oleh sistem yang lebih besar.


Kenapa Kesadaran Kelas Penting

Satu-satunya jalan keluar dari perangkap ini adalah dengan membangun kesadaran kelas. Artinya, seseorang mulai sadar bahwa dirinya bukan satu-satunya yang menderita. Ia bagian dari kelas sosial yang lebih besar, yang sama-sama tertindas dan dieksploitasi. Pekerja kantoran, buruh pabrik, ojek daring, guru honorer, petani kecil—semuanya berada di posisi yang sama: bekerja keras tapi tetap tertinggal.

Dengan kesadaran kelas, kita berhenti menyalahkan diri sendiri. Kita mulai melihat bahwa ada sistem yang memang didesain untuk membuat kita gagal. Kita juga mulai sadar bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada individu, melainkan pada kolektivitas.

Engels menulis, “Kelas yang berkuasa membentuk ideologi dominan dalam masyarakat.” Maka tugas kita adalah menolak ideologi itu, dan menciptakan cara berpikir baru yang berpihak pada kelas tertindas. Ini hanya bisa dicapai jika kita bersatu, bukan saling bersaing.


Berserikat adalah Jalan Perlawanan

Kesadaran tanpa tindakan akan sia-sia. Setelah memahami bahwa kita tertindas, langkah berikutnya adalah berserikat. Serikat pekerja, komunitas warga, forum rakyat—itulah wadah untuk menyatukan suara dan memperjuangkan hak secara kolektif.

Berserikat bukan hanya untuk menuntut upah lebih tinggi. Ini soal mempertahankan martabat hidup. Ini soal menunjukkan bahwa kita tidak akan diam ketika dieksploitasi. Ini soal membangun kekuatan dari bawah, melawan dominasi dari atas.

Tanpa organisasi rakyat, kelas bawah akan terus dikalahkan oleh kekuasaan modal dan negara. Tanpa solidaritas, kita akan terus diseret ke dalam ilusi bahwa nasib kita adalah urusan pribadi, bukan persoalan struktural.


Penutup: Kesadaran Bukan untuk Diri Sendiri

Kesadaran palsu membuat manusia egois dan buta. Ia mengira dirinya spesial, padahal hanya bagian dari pola besar eksploitasi. Ia merasa paling menderita, padahal tidak mau melihat penderitaan orang lain. Ia berpikir bebas, padahal pikirannya dikendalikan oleh ideologi yang disusupkan sejak kecil.

Kesadaran sejati adalah ketika kita mampu melihat bahwa semua penderitaan ini saling berkaitan. Bahwa kita tidak sendirian. Bahwa hidup kita terikat oleh sistem yang menindas, dan hanya bisa dilawan jika kita bergerak bersama.

Seperti kata Marx dan Engels dalam Manifesto Komunis:
“Kaum proletar tidak punya apa-apa kecuali rantai yang membelenggu mereka. Mereka punya dunia untuk dimenangkan. Kaum buruh di seluruh dunia, bersatulah!”

Hari ini, seruan itu tidak kehilangan makna. Bahkan makin mendesak.


Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *