Esai

Dinamis dan Manuver Ekstrim adalah Kekuatan Akar Rumput
Dalam dunia yang semakin terjebak dalam birokrasi, keterikatan institusional, dan mekanisme kapital yang rumit, gerakan akar rumput justru tampil sebagai kekuatan yang lincah, dinamis, dan kadang ekstrem. Ketika korporasi raksasa atau pemerintahan kapitalistik tersandera oleh formalitas, kesepakatan multilateral, atau proses panjang pengambilan keputusan, jaringan akar rumput bergerak bebas dalam ruang dan bentuk yang berubah-ubah. Mereka bukan hanya representasi dari perlawanan terhadap dominasi struktural, tetapi juga alternatif nyata dari kerja kolektif yang tidak membutuhkan legitimasi institusional untuk menciptakan dampak.
Dalam istilah sosiolog Manuel Castells, jaringan akar rumput adalah “ruang arus (space of flows)” — struktur sosial baru yang dibentuk oleh komunikasi horizontal dan interaksi non-hierarkis. Gerakan ini tidak bertumpu pada kekuasaan institusi formal, melainkan pada jaringan ide, afeksi, dan respons langsung terhadap krisis sosial. Ketika negara atau pasar membutuhkan dokumen, rapat koordinasi, dan strategi jangka panjang, akar rumput hanya butuh kesadaran kolektif dan urgensi.
Kebebasan Bentuk dan Ruang
Akar rumput tidak memiliki satu bentuk tunggal. Mereka bisa berwujud forum diskusi kecil di warung kopi, komunitas seni jalanan, jaringan petani lokal, hingga aliansi internasional yang bergerak lewat media sosial. Struktur mereka bersifat cair dan tidak memiliki pusat kendali tunggal. Inilah kekuatan utama mereka. Karena tidak terikat pada struktur piramidal seperti korporasi atau lembaga politik, mereka mampu bertransformasi dengan cepat sesuai konteks lokal.
Contoh konkret dari fleksibilitas ini bisa dilihat pada gerakan Zapatista di Chiapas, Meksiko. Sejak 1994, gerakan ini secara aktif menolak struktur pemerintahan negara modern dan membentuk sistem pemerintahan otonom berbasis komunitas adat. Tanpa birokrasi rumit, mereka menciptakan sistem pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kolektif yang berakar pada prinsip keadilan dan kedaulatan rakyat.
Subcomandante Marcos, tokoh simbolik gerakan Zapatista, pernah mengatakan, “We are the voice of the voiceless, and we march in silence because our silence speaks louder than the noise of your bombs.” Diamnya akar rumput bukan tanda ketakutan, tapi strategi menyerap, menyusun, dan merespons dalam momen yang tepat.
Manuver Ekstrim sebagai Respons Sosial
Ketika sistem menutup ruang kompromi, akar rumput melakukan manuver ekstrem: pemblokiran jalan, okupasi ruang publik, sabotase simbolik, atau kampanye digital disruptif. Banyak yang mencapnya radikal, namun dalam banyak kasus, manuver tersebut adalah satu-satunya bahasa yang dipahami oleh kekuasaan yang tuli.
Gerakan Extinction Rebellion di Inggris, misalnya, menggunakan aksi ekstrem seperti menduduki jembatan, mengecat gedung parlemen, atau menutup lalu lintas kota besar sebagai bentuk desakan atas perubahan iklim. Mereka tidak menyuarakan dengan proposal lembut, tetapi dengan tindakan konkret yang mengguncang stabilitas semu. Mereka paham bahwa sistem yang tenang bukan berarti sistem yang adil.
Noam Chomsky pernah mengingatkan bahwa, “It is the responsibility of intellectuals to speak the truth and to expose lies.” Akar rumput tidak harus jadi intelektual dalam pengertian akademis, tetapi mereka menghidupi kebenaran melalui aksi.
Antitesis dari Kapitalisme
Kapitalisme sebagai sistem tidak hanya tentang produksi dan distribusi barang, tapi juga penguasaan ruang, waktu, dan makna. Dalam sistem kapitalistik, segala hal harus terukur, terstruktur, dan dapat dijadikan komoditas. Ini yang membuat kapitalisme rapuh di hadapan gerakan akar rumput. Karena akar rumput tidak bisa dibeli, dikendalikan, atau dimasukkan dalam sistem indikator kinerja.
Korupsi, ketimpangan, eksploitasi lingkungan, hingga ketidakadilan sosial—semua ini tidak bisa ditangani oleh model kapitalistik yang mendewakan pertumbuhan ekonomi. Justru akar rumput menawarkan pendekatan lain: keberlanjutan, kemandirian, dan relasi antar-manusia yang tidak didasarkan pada kompetisi.
Gerakan petani seperti La Via Campesina, misalnya, menolak model agrikultur industri global yang merusak. Mereka memperjuangkan agroekologi, hak atas tanah, dan kedaulatan pangan. Dalam praktiknya, mereka tidak menunggu undangan konferensi internasional, tetapi bergerak langsung di desa-desa, melakukan pelatihan, dan memperkuat jaringan lintas benua.
Bukan Tanpa Kelemahan, Tapi Penuh Potensi
Memang benar bahwa gerakan akar rumput bukan tanpa tantangan. Ketiadaan struktur kadang membuat koordinasi sulit, rawan pecah akibat ego sektoral, atau mudah dibajak oleh oportunisme politik. Tapi inilah bagian dari dinamika. Kelemahan itu justru menunjukkan bahwa gerakan ini bukan mesin politik, melainkan organisme sosial yang hidup, tumbuh, dan belajar.
Tokoh feminis dan anarkis Emma Goldman pernah berkata, “If I can’t dance, I don’t want to be part of your revolution.” Kutipan ini menyiratkan bahwa revolusi—termasuk gerakan akar rumput—harus punya ruang untuk ekspresi, kegembiraan, dan kehidupan sehari-hari, bukan hanya doktrin atau instruksi pusat.
Penutup: Alternatif Yang Tidak Menunggu Legitimasi
Di era ketika perubahan seringkali dipatenkan dan didistribusikan oleh korporasi besar atau negara, gerakan akar rumput menawarkan jalan lain. Bukan jalan yang mulus atau terang, tapi jalan yang dekat dengan tanah, berliku, dan penuh kehidupan.
Mahasiswa, pemuda, pekerja, komunitas desa, atau seniman jalanan—semua bisa menjadi bagian dari jaringan ini. Bukan dengan formulir atau registrasi formal, tapi dengan niat, aksi, dan solidaritas. Karena dalam dunia yang terlalu sering dikendalikan oleh uang dan kekuasaan, menjadi akar berarti menjadi sumber kehidupan. Dan untuk itu, kita harus terus tumbuh, menjalar, dan jika perlu, mengguncang tanah di atasnya.
Be First to Comment