kolom opini

Sepanjang sejarah, dunia selalu dibagi menjadi dua kelompok: segelintir orang yang berkuasa dan mayoritas yang diperintah. Dulu, mereka yang berkuasa disebut raja, bangsawan, atau tuan tanah. Kini, mereka lebih sering dikenal sebagai oligarki, pemilik modal, atau elite politik. Bentuknya berubah, tapi esensinya tetap sama—sekelompok kecil orang yang mengendalikan ekonomi, hukum, dan kehidupan kita.
Mereka tidak lebih pintar, lebih berbakat, atau lebih layak. Mereka hanya lebih dulu menguasai sistem dan tahu cara mempertahankannya. Dan satu hal yang selalu mereka takuti: rakyat yang sadar dan bersatu.
Karl Marx pernah berkata, “Sejarah semua masyarakat yang ada hingga sekarang adalah sejarah perjuangan kelas.” Artinya, sejak dulu, kehidupan selalu berjalan dalam pola yang sama—ada yang berkuasa, ada yang tertindas, dan ada momen ketika yang tertindas akhirnya melawan.
Bagaimana Mereka Bertahan?
Aristokrasi modern tidak lagi memakai mahkota atau berdiri di istana, tapi mereka tetap mengendalikan kehidupan kita dengan cara yang lebih halus dan sulit disadari.
- Mereka membuat kita sibuk bertahan hidup
Upah yang pas-pasan, harga kebutuhan yang naik, dan utang yang mengikat membuat banyak orang tidak punya waktu untuk berpikir kritis. Kita dibuat hanya fokus pada “besok makan apa?” sehingga tak sempat bertanya, “Kenapa sistem ini tidak adil?” - Mereka mengontrol informasi dan narasi
Media yang mereka miliki membentuk cara kita melihat dunia. Alih-alih mempertanyakan kenapa jurang kaya dan miskin semakin lebar, kita justru disuguhi drama politik yang tak berujung, berita kriminal, dan hiburan yang membuat kita lupa dengan kenyataan. - Mereka memecah belah kita
Mereka tahu, rakyat yang bersatu adalah ancaman. Karena itu, mereka menciptakan perpecahan: politik identitas, fanatisme, dan persaingan palsu antar-kelompok. Kita dibuat sibuk bertengkar satu sama lain, sementara mereka tetap berkuasa tanpa gangguan.
Vladimir Lenin pernah berkata, “Kaum buruh tidak punya senjata lain dalam perjuangan mereka untuk kekuasaan selain organisasi.” Persatuan adalah satu-satunya hal yang bisa menggoyahkan mereka.
Saat Rakyat Mulai Bangkit
Sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa ketika rakyat sadar dan bersatu, kekuasaan yang tampak tak tergoyahkan bisa runtuh dalam sekejap.
- Revolusi Prancis (1789): Rakyat yang muak melihat aristokrasi hidup dalam kemewahan sementara mereka kelaparan akhirnya bangkit dan menggulingkan sistem feodal.
- Gerakan buruh abad ke-20: Mogok kerja massal dan tuntutan hak buruh di Eropa dan Amerika memaksa pemilik modal membayar upah yang layak dan memberikan perlindungan sosial.
- Aksi boikot dan perlawanan damai: Dari perlawanan Gandhi di India hingga gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan, rakyat membuktikan bahwa mereka bisa melawan tanpa harus mengangkat senjata.
Di zaman sekarang, perlawanan tidak harus berupa revolusi berdarah. Tapi kita harus sadar bahwa perubahan tidak datang dari sekadar berharap. Harus ada tindakan nyata: menolak narasi mereka, membangun solidaritas sesama rakyat, dan mengurangi ketergantungan pada sistem yang mereka kendalikan.
Sampai Kapan Kita Akan Terpecah?
Sayangnya, kita masih terlalu sering terjebak dalam ilusi bahwa kehidupan memang harus begini. Bahwa kemiskinan adalah kesalahan individu, bukan kegagalan sistem. Bahwa yang kaya memang pantas berkuasa, dan kita hanya bisa menerima nasib.
Tapi sejarah sudah membuktikan: tidak ada kekuasaan yang abadi. Tidak ada sistem yang benar-benar tak tergoyahkan.
Pertanyaannya sekarang bukan lagi apakah aristokrasi bisa runtuh. Tapi kapan kita akan sadar bahwa kita punya kekuatan untuk mengubah keadaan?
Be First to Comment